Rabu, 16 November 2011

MASALAH EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

PENDAHULUAN

            Kondisi perekonomian yang sangat mendukung mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia, membutuhkan perhatian dari pemerintah. Sejak jatuhnya rezim orde baru pada tahun 1998, Indonesia telah memasuki sebuah proses transisi dari sebuah system yang otoriter kesebuah system yang lebih terbuka, partisipatif, dan demokratis. Sementara banyak hal telah diperbaiki, dan keterbukaan telah menjadi ciri utama dari system politik kita sekarang, periode transisi ini juga telah ditandai oleh kegelisahan, konflik-konflik dan ketidak stabilan. Banyak hal lain tetap tidak berubah. Mentalitas birokrasi pada umumnya tetap sama. Korupsi tetap menjadi masalah besar. Tempat berlangsungnya penyalah gunaan kekuasaan bahkan telah meluas, mencakup partai-partai politik, pusat–pusat  kekuasaan baru di Indonrsia. Jika tertentu di berikan perhatian, masalah-masalah ini dapat menghambat. Konsolidasi demokrasi kita dan bahkan dapat mengancam demoklrasi baru  kita itika itu sendiri.



  

PEMBAHASAN


A.    Masalah Ekonomi
1.       Penganguran dan Kemiskinan
Apa yang menjadi persoalan kursial bagi rakyat selama pemerintah sekarang ini? Mengapa klaim pemerintah atas pertumbuhan yang relative moderat tidak berhasil mengatasi masalah ekonomi rakyat sekarang ini? Jawabannya tidak lain adalah masalah ekonomi sebagai persoalan pokok bagi rakyat, terutama ketersediaan lapangan kerja, ditambah dengan masalah pengangguran yang masih tinggi dan meluas. Masalah lain yang berasosiasi dengan pengangguran tersebut adalah masalah kemiskinan.
  Dua masalah ini gagal diselesaikan oleh pemerintah sampai tahun ketiga, sehingga hasil-hasil polling dari beragam lembaga memperlihatkan masalah ekonomi sebagai persoalan paling kritis bagi rakyat. Karena itu, tidak aneh jika popularitas pemerintah terus merosot di hadapan rakyat karena masalah ekonomi ini tidak berhasil diatasi dengan baik. Masalah ekonomi dirasakan berat oleh rakyat terutama karena kebijakan ekonomi tidak menyentuh ke sudut-sudut paling kritis, terutama di pedesaan. Kesenjangan yang sangat besar sebagai hasil dari rezim lama tetap saja berjalan sebagaiman biasanya, karena tidak ada kebijakan yang secara khusus untuk memeratakan pandapatan masyarakat.
Pesanan swasta tidak bisa memaksimalkan karena berhadapan dengan ketidakpastian sosial politik dan hukum. Gabungan dari kekurangan investasi publik dan investasi swasta dibidang infrastruktur menyebabkan pengembangan infrastruktur selama tiga tahun terakhir ini macet. Banyak peluang investasi dan perbaikan ekonomi yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara optimal, bahkan sering menemui kendala yang disebabkan karena permasalahan infrastruktur seperti jembatan, jalan, pasar, listrik, telekomunikasi, pelabuhan, bandara, dan lain sebagainya. Kondisi infrastruktur yang kurang baik ini mengakibatkan permasalahan ekonomi rakyat, terutama masalah akses rakyat terhadap ekonomi, masalah pemerataan, dan persoalan kesenjangan yang masih tinggi.
Untuk mengatasi masalah utama dari permasalahan itu, kendala di APBN harus diselesaikan. Masalah investasi publik dalam bidang infrastruktur adalah masalah pada sektor pemerintah. Jika kebijakan pada sektor pemerintah selesai, maka potensi investasi swasta bisa digali lebih jauh. Investasi infrastruktur sebenarnya dilakukan oleh dua pihak yaitu pemerintah dan swasta. Pihak swasta menjadi pelengkap yang semakin penting peranannya. Namun, dalam kenyataan, masalah infrastruktur dan permasalahan kebijakan ekonomi lainnya masih menjadi ganjalan bagi perbaikan ekonomi rakyat. Meskipun ekonomi tumbuh diatas 5%, tetapi dasar ekonomi tidak berhasil diatasi, yakni masalah pengangguran dan kemiskinan.
Sebab-sebab Langsung Kemiskinan

Investasi dann pertumbuhan yang rendah















Porsi kaum miskin dalam pertumbuhan lebih kecil







Rusaknya akses untuk mendapatkan pelayanan public






Kurangnya kesehatan dan pendidikan
-          Kebijakan ekonomi/instituisonal yang tidak bagus akibat  “Vested interests”
-          Alokasi pengeluaraan/investasi public yang terdistrorsi
-          Akumulasi modal manusia yang rendah
-          Kepentingan korporat elit mencengkram hukum dan mendistorsi pengambilan kebijakan
-          Tidak adanya aturan hukum dan hak kepemilikan
-          Hambatan pemerintah terhadap pembangunan sektor swasta.

-          Negara dicengkram oleh kaum elit kebijakan pemerintah dan alokasi sumber daya
-          Regresifitas pajak sogokan atas perusahan kecil dan kaum miskin
-          Distribusi pendapatan yang timpang

-          Sogokan menyebabkan pajak regresif dan merusakan akases serta pelayanan dasar dalam hal kesehatan, pendidikan dan keadilan.
-          Pencengkraman politik oleh kaum elit dalam akses terhadap pelayanan tertentu
-          Akumulasi modal yang rendah
-          Kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan yang lebih rendah kualitasnya
Sumber: the quality of growth: kualitas pertumbuhan; world bank 2000

B.     Kebijakan Pemerintah
1.       Kebijakan Ekonomi dan Bisnis
Sejak ditimpa krisis-krisis ekonomi dan keuangan di tahun 1998, Indonesia masih belum pulih seutuhnya. Kondisi-kondisi ketidakstabilan dan kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak konsisten, begitu juga dengan persaingan yang tumbuh dari ekonomi-ekonomi industri baru di Asia, membuat Indonesia sebagai tempat yang kurang diminati untuk investasi. Kurangnya kemajuan di sektor riil telah menyebabkan pembengkakan pengangguran, yang lebih jauh lagi memperburuk ketidakstabilan di negeri ini. Situasi ini dipersulit oleh hutang kita yang besar, baik hutang pemerintah maupun swasta. Institut ini peduli pada bagaimana kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah diformulasikan dan dilaksanakan di dalam usaha untuk menghidupkan kembali perekonomian Indonesia dan untuk memperbaiki kualitas hidup dari seluruh masyarakat Indonesia. Bidang-bidang kepedulian ini meliputi kebijakan-kebijakan fiskal dan non fiskal, yang termasuk di dalamnya anggaran Negara, investasi, pembangunan manusia, industri dan kebijakan-kebijakan sektor riil lainnya.
2.       Kebijakan Fiskal (Fiscal Policy)
Kebijakan fiskal adalah pengeluaran pemerintah dan pemasukan perpajakan dalam satu tahun anggaran atau lebih. Apabila pengeluaran pemerintah lebih besar dibandingkan pemasukan (Pendapatan Negara), maka akan menyebabkan kekurangan dana yang disebut devisit. Untuk mengatasi devisit anggaran tersebut, pemerintah meminjam uang dari bank sentral untuk menutupnya. Dari sisi lain, bank sentral itu sendiri meminjam dana dari pasar keuangan, misalnya dengan menerbitkan surat berharga. Sebagai akibat dari kebijakan tersebut., akan menurunkan penawaran uang pada suatu perekonomian dan selanjutnya akan mempengaruhi harga sekuritas di pasar modal. Guna meningkatkan pendapatan, pemerintah dapat pula meminjam dana dari pasar modal dan menaikkan tariff pajak. Implikasinya apabila tarif pajak sekuritas yang dibebankan terlalu tinggi, maka harga sekuritas akan naik pula. Kebijakan tersebut mendorong transaksi pasar modal menjadi turun, dan selanjutnya mengakibatkan kenaikan tingkat inflasi.
Apabila pemasukan lebih banyak daripada pengeluaran maka terjadi surplus. Pemerintah menggunakan kelebihan dana tersebut guna melunasi kewajibannya. Hal ini akan meningkatkan penawaran sirkulasi uang dan sebagai akibatnya harga sekuritas naik. Perlu diketahui bahwa biasanya hal tersebut jarang terjadi hampir di seluruh Negara-negara di dunia.

KESIMPULAN
  
            Negara pada hakekatnya telah gagal menjalankan fungsi-fungsi pokoknya, setidaknya dalam melihat persoalan-persoalan di depan, dapat di identifikasi beberapa kegagalan Negara. Pertama, Negara tidak mampu menyediakan sarana yang cukup efektif bagi perwakilan kepentingan-kepentingan yang beragam. Kedua, akibat dari kegagalan ini Negara tidak mampu menjaga keamanan social dan lebih memilih untuk melakukan kontrol yang keras dengan memanfaatkan aparatur keamanan.
            Kekuatan moral memang kini telah banyak menggantikan fungsi dan peran dari Negara. Untuk menopang sistem esploitatif ini dibutuhkan dukungan dari berbagai aparatur maupun organisasi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA


Eko Prasetyo, Islam Kiri Melawan Kapitalisme Modal Dari Wacana Menuju Gerakan, Yogyakarta: Pustaka Fajar, 2002

Sunariyah, Pengantar Pasar Modal, Yogyakarta 2000

www.geogle.com : Pengangguran dan Kemiskinan
read more...

Senin, 14 November 2011

ETOS KERJA

ETOS KERJA

Rosululloh bersabda :










Artinya:  
“ Andainnya seseorang mencari kayu bakar dan dipukulkan di atas punggungnya. hal itu lebih baik dari pada kalau ia meminta-minta pada seorang yang kadang-kadang di beri, kadang pula ditolak.” (diriwayatkan oleh bukhori dan muslim)

Dengan pernyataan hadist ini, maka tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk menganggur. Konsekuensi logis dari ajaran ini mempunyai makna siapapun yang tidak bekerja.  hidupnya tidak produktif dan tidak punya arti.

  1. Pengertian
Etos kerja adalah cara pandang seseorang bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakan kemanusiaannya, Tetapi,  juga sebagai suatu dari amal sholeh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur.

  1. Ciri-ciri etos kerja muslim
Bekerja itu merupakan bentuk ibadah, suatu panggilan dan perintah allah yang akan memuliakan dirinya, memanusiakan dirinya sebagai bagaian dari manusia pilihan (khoiru ummah)
Ciri-ciri etos kerja seorang muslim yaitu:
1.      Memiliki jiwa kepemimpinan
Seorang pemimpin bukan tipikal pengekor, terima jadi. Karena sebagai seorang pemimpin dia sudah di latih untuk berfikir kritis analitis karena dia sadar bahwa seluruh hidupnya akan dimintakan pertanggungjawaban di hadapan Allah.
2.      Selalu berhitung
Sebagaimana rosululloh bersabda dengan ungkapan yang paling indah:
“ Bekerjalah untuk duniamu,seakan-akan engkau akan hidup selama-lamanya dan beribadahlah untuk akherat seakan-akan engkau akan mati besok “
Umar bin khottob pernah berkata:  “Maka hendaklah kamu menghitung dirimu sendiri, sebelum datang hari dimana engkau yang akan diperhitungkan.”
3.      Menghargai waktu
Waktu merupakan rahmat yang tiada terhitung nilainya. Baginya maka waktu merupakan rasa tanggung jawab yang sangat besar, sehingga sebagai konsekuensi logisnya dia menjadikan waktu sebagai wadah produktivitas sebagaimana tersurat dalam Al-Ashr:  1-3.
4.      Tidak pernah puas berbuat kebaikan
Karena merasa puas di dalam berbuat kebaikan, adalah tanda-tanda kematian kreativitas. Dengan semangat ini, seorang muslim selalu berusaha untuk mengambil posisi dan memainkan perannya yang dinamis dan kreatif.
5.      Hidup berhemat dan efisien
Berhemat bukanlah dikarenakan ingin memupuk kekayaan, sehingga melahirkan sifat kikir individualitas. Tetapi berhemat dikarenakan ada satu reserve, bahwa tidak selamanya waktu itu berjalan lurus sehingga berhemat berarti mengestimasikan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
6.      Memiliki jiwa wiraswasta
Sungguh sangat bijak apabila kita mau menyimak dan menghayati dengan penuh rasa tanggung jawab akan sabda Rasulullah yang mengatakan :”innallaha yuhibul mukminal muhtarif (sesungguhnya Allah sangat cinta kepada orang mukmin yang berpenghasilan).
7.      Memiliki insting bertanding dan bersaing
Semangat bertanding merupakan sisi lain dari citra seorang muslim yang memiliki semangat jihad, sebagai pembuktian Firman Allah swt Q.S. : 2 : 148
“Setiap umat ada kiblatnya, maka hendak nyalah kamu sekalian berlomba-lomba dalam kebaikan yang penuh dengan gelimang prestasi dimanapun  kamu berada sudah dipastikan Allah akan mengumpulkan kamu semuanya.”
8.      Keinginan untuk mandiri
Semangat jihad ini melahirkan sejuta kebahagiaan yang diantaranya iualah kebahagiaan untuk memperoleh hasil dan usaha atas karsa dan karya yang dibuahkan dari dirinya sendiri. Dia merasa risi apabila memperoleh sesuatu secara gratis. Kemandirian adalah lambang perjuangan sebuah semangat jihad yang sangat mahal harganya.
9.      Haus untuk memiliki sifat keilmuan
Tidak pantas seorang muslim itu menjadi orang yang bodoh karena buta hatinya untuk menerima ilmu dan hikmah. Padahal betapa besarnya penghargaan dan reward (pahala) yang diberikan Allah kepada mereka yang haus dengan Ilmu.
Lagi pula Allah mempertanyakan kepada diri kita tentang kualitas dan kemuliaan manusia yang berilmu dan yang tidak berilmu itu tidak akan pernah sama. (Q.S. : 39 : 9) bahkan dia sadar bahwa Allah akan engangkat orang-orang yang beriman dan berilmu lebih tinggi beberapa derajad dari mereka yang tidak mempunyai ilmu.
10.  Berwawasan makro universal
Dengan memiliki wawasan yang luas. Seorang muslim menjadi manusia yang bijaksana. Mampu mempertimbangkan, yang tepat, terarah dan benar.
11.  Memperhatikan kesehatan dan gizi
Sabda Rasulullah
“Sesungguhnya jasadmu mempunyai hak atas dirimu.”
Mana mungkin kita akan mempunyai kekuatan apabila tubuh tidak kita pelihara dengan baik.
12.  Ulet, pantang menyerah
Sikap istikomah, kerjaq keras, tangguh dan ulet akan tumbuh sebagai bagian dari kepribadian diri kita seandainya kita mampu dan gemar hidup dalam tantangan. Kalau tidak ada tantangan hidup menjadi monoton, jenuh dan tentu saja prestasi akan menurun.
13.  Berorientasi pada produktivitas
“Sesungguhnya kemubaziran itu adalah benar-benar syaiton:  (Q.S:  26-27)
Dengan penghayatan ini tumbuhlah sikap yang konsekuen dalam bentuk perilaku yang selalu mengarah pada cara kerja yang efisien serta mengarah kepada nilai-nilai produktif.

  1. Terbentuknya Etos Kerja Islami

Salah satu karakteristik yang melekat pada etos kerja manusia, ia merupakan pancaran dari sikap hidup mendasar pemiliknya terhadap kerja. Manusia adalah makhluk yang diarahkan dan terpengaruh oleh keyakinan yang mengikatnya.salah atau benar, keyakinan keyakinan tersebut niscaya mewarnai perilaku manusia dalam kontek ini selain dorongan kebutuhan dan aktualisasi diri, nilai nilai yang di anut,keyakinan atau ajaran agama tentu dapat pula menjadi sesuatu yang berperan dalam proses terbentuknya sikap hidup.berarti kemunculan etos kerja  manusia didorong oleh sikap hidup sebagai sikap hidup yang mendasar di sertai kesadaran yang mantap maupun kurang mantap sikap hidup yang mendasar itu menjadi motivasi yang membentuk karakter, kebiasaan atau budaya kerja tertentu.
Pardigma terbentuknya etos kerja islami. Etos kerja islami terpancar dari sistem keimanan/ aqidah islam berkenaan dengan kerja. Aqidah itu terbentuk oleh ajaran wahyu dan akal yang bekerja sama secara proporsional menurut fungsi masing-masing.

  1. Indikasi-indikasi orang beretos kerja tinggi pada umumnya memiliki sifat-sifat:

1.      aktif dan suka bekerja keras
2.      bersemangat dan hemat
3.      tekun dan professional
4.      efisien dan kreatif
5.      jujur, disiplin, dan bertanggung jawab
6.      mandiri
7.      rasional serta mempunyai visi yang jauh kedepan
8.      percayadiri namun mampu bekerjasama dengan orang lain
9.      sederhana, tabah dan ulet
10.  sehat jasmani dan rohani

   

Daftar pustaka
Tasmara, Toto. 1995, Etos Kerja Pribadi Muslim, Dana Bakti Wakaf, Yogyakarta.
Asifudin, Ahmad Janajn, 2004, Etos Kerja Islami, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
read more...

Minggu, 13 November 2011

Fraktur

1. Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula (Brunner & Suddart, 2000). (Sjamsuhidayat, 1997) mendefinisikan bahwa fraktur atau patah tulang adalah teputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Sedangkan menurut (Enggran, 1998) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang akibat trauma beberapa fraktur terhadap proses penyakit seperti osteoporosis yang menyebabkan fraktur-fraktur patologis. (Carpenito, 2000) mengemukakan bahwa fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan oleh tekanan eksternal yang lebih yang besar dan yang diserap tulang. Dan menurut . (Sjamsuhidayat, 1999) fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit dimana potensial terjadi infeksi 

2. Etiologi
Penyebab patah tulang/ fraktur (menurut Sjamsuhidayat dan Wim De Jong 1997) adalah trauma, yang dibagi atas:
a. Trauma langsung yaitu: benturan pada tulang, biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhater mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan)
b. Trauma tak langsung yaitu: titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi.
c. Trauma ringan yaitu: dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh atau Underlying Deases atau fraktur patologis.
Menurut Long (1996) penyebab fraktur adalah benturan cidera (jatuh atau kecelakaan) penyebab lain:
a. Patah tulang akibat kanker atau penyakit Osteoporosis
b. Keletihan tulang dimana otot tidak dapat mengabsorbsi energy missal berjalan kaki terlalu jauh
Menurut Jacobs (1993), menyatakan bahwa pembagian fraktur menurut tingkat kegawat daruratan atau tingkat kesakitannya adalah:
a. Derajat Satu (Grade I)
Luka laserasi lebih dari 1 cm atau tusukan-tusukan pada kulit dengan kerusakan optimal.
b. Derajat Dua (Grade II)
Luka laserasi lebih dari 2 cm atau seperti derajat satu dengan kulit dan otot mengalami luka memar
c. Derajat Tiga (Grade III)
Luka lebar rusak hebat hilangnya jaringan sekitarnya, luka lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan sel-sel darah, saraf, otot dan kulit.

Tanda dan gejala fraktur adalah:
a. Nyeri hebat ditempat fraktur
b. Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah
c. Rotasi luar kaki lebih pendek
Diikuti tanda gejala fraktur secara umum seperti fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka deformitas.

3. Klasifikasi Fraktur
Menurut Doengoes, Moorhouse dan Geissler (2000) adalah
a. Incomplete :fraktur yang hanya melibatkan bagian potongan yang menyilang tulang, satu sisi patah, lainnya biasanya hanya bengkok
b. Tertutup : fraktur tidak meluas dan tidak keluar menembus kulit atau jaringan
c. Terbuka : fragmen tulang keluar melalui otot dan kulit, dimana potensi terjadi infeksi 
d. Complete : garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen tulang biasanya berubah cepat.
e. Patologis : fraktur terjadi pada penyakit tulang


Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis fraktur meliputi:
a. Fraktur komplit adalah patah atau diskontinuitas jaringa tulang yang luas sehingga terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta mengenai seluruh korteks.
b. Fraktur Inkomplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai seluruh korteks (masih ada korteks yang utuh)
Menurut Black dan Matasarin (1993), yaitu fraktur berdasarkan dengan dunia luar, meliputi:
a. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak keluar melalui kulit.
b. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi. Fraktur terbuka dibagi menjadi tiga grade yaitu:
1) Grade 1: robekan kulit dengan kerusakan kulit dan otot.
2) Grade 2: seperti grade 1 dengan memar kulit dan otot.
3) Grade 3: luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf, kulit dan otot

Menurut Long (1996), membagi fraktur berdasarkan garis patah tulang, yaitu:
a. Green stick yaitu pada sebelah sisi dari tulang (retak dibawah lapisan periosteum) atau tidak mengenai seluruh korteks, sering terjadi pada anak-anak dengan tulang lembek.
b. Transverse yaitu patah melintang (yang sering terjadi)
c. Longitudinal yaitu patah memanjang.
d. Oblique yaitu garis patah miring.
e. Spiral yaitu patah melingkar.
f. Comunited yaitu patah menjadi beberapa fragmen kecil.
Black dan Matasarin (1993), mengklasifikasi lagi fraktur berdasarkan kedudukan fragmen yaitu:
a. Tidak ada dislokasi
b. Adanya dislokasi, yang membedakan menjadi:
1) Dislokasi at axim yaitu membentuk sudut.
2) Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh.
3) Dislokasi at longitudinal yaitu berjauhan memanjang.
4) Dislokasi at lutuscum controltinicum yaitu fragmen tulang menjauh dan overlapp (memendek)


4. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer (2000)menyampaikan tidak semua gejala dapat bersamaan, yaitu:
a. Nyeri tekan dan pembengkakan disekitar sebagai fraktur jika frakturnya terbuka, ujung patah tulang akan dapat terlihat dalam luka
b. Angulasi: tidak hanya disebabkan oleh karena kekerasan menarik patahan yang menyebabkan tetapi oleh otot-otot ekstremitas yang menarik patahan tulang
c. Pemedakan tonus otot-otot ekstremitas menarik patahan tulang sehingga ujung patahan saling bertunduk.
d. Mobilitas abnormal tempat patah menjadikan sendi bagian ini harus sedikit mungkin digerakkan karena dikhawatirkankalau terjadi kerusakan lebih lanjut pada jaringan lunak, misalnya pembuluh darah dan syaraf.
e. Gangguan fungsi ekstremitas tidak dapat digunakan.
f. Grafitasi rasa gemeretak ketika ujung tulang bergerak.
Menurut Lewis (2006) menyampaikan manifestasi klinik fraktur adalah sebagai berikut:


a. Nyeri
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma, Hal ini dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
b. Bengkak atau edema
Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa (protein plasma) yang terlokalisir pada daerah fraktur dan ekstravasi daerah di jaringan sekitarnya.
c. Memar atau ekimosis 
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari ekstravasi daerah di jaringan sekitarnya.
d. Spasme otot
Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi di sekitar fraktur.
e. Penurunan sensasi
Terjadi karena kerusakan syaraf, tertekannya syaraf karena edema.
f. Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme, paralisis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.
g. Mobilitas abnormal
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kodisi normalnya tidak terjadi pergerakan Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.
h. Krepitasi
Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagian tulang digerakkan.
i. Deformitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang keposisi abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.

5. Patofisiologi
Fraktur biasanya terjadi karena disebabkan oleh benturan langsung/ kecelakaan tapi bisa juga karena kondisi patologis (kelemahan tulang). Ketika patah tulang akan terjadi perdarahan atau hematoma yang berpotensi terganggunya integritas kulit yang bila luka dapat menjadi pintu masuknya kuman dan dapat terjadi infeksi yang meningkatkan Toksioliposakarida dari hasil sekresi protein yang dipecah sehingga pirogen terbentuk dan mempengaruhi resting thermostat pada hipotalamus yang meningkatkan suhu tubuh. 
Sedangkan terputusnya ujung syaraf dapat merangsang pelepasan mediator kimia bradikinine, histamine, dan prostalglandin yang sampai pada korteks cerebri sehingga nyeri dapat dipersepsikan, sebagai akibat dari tindakan penanganan yaitu pembedahan sehingga terjadi perlukaan pada jaringan (diskontinuitas jaringan), pada saat terputusnya kontinuitas tulang maka suplai darah dan o2 ke jaringan menurun yang dapat merusak neuromuskuler kemudian berakibat rusaknya mobilitas fisik. Gangguan mobilitas fisik mempengaruhi otot sehingga kelemahan fisik terjadi, dan keterbatasan fisik yang dapat mengakibatkan defisit perawatan diri. 
Dari rencana tindakan operasi, kurangnya informasi membuat koping individu tidak efektif sehingga menjadi cemas dan kurang pengetahuan tentang rencana operasi. Suplai darah dan o2 ke jaringan yang menurun dapat menurunkan aliran darah injuri vaskuler. Trauma jaringan dan oedema berlebihan yang akan meningkatkan pembentukan thrombus sehingga beresiko terjadi disfungsi Neurovaskuler. Suplai darah ke pembuluh darah menjadi berkurang sehingga menjadi Vasodilatasi sel plasma dan kapiler menjadi Hematoma (Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 2000)

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang menurut Doengoes (2000:762) adalah:
a. Pemeriksaan rontgen
Untuk menentukan lokasi atau luasnya fraktur (trauma)


b. Scan tulang, Tomograf, CT Scan atau MRI
Untuk memperlihatkan fraktur juga dapat berguna untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
c. Arteriogram 
Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d. Profil koagulasi
Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfuse multiple atau cidera hati
e. Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
f. Hitung darah lengkap
Hipertensi mungkin meningkat

7. Penatalaksaan Secara Umum
Menurut Long (1996), penanganan pada fraktur dibagi menjadi beberapa hal antara lain:
a. Penanganan langsung
1) Pasang bidai sebelum memindahkan pasien atau pertahankan gerakan diatas dan dibawah tulang yang fraktur sebelum dan transplantasi
2) Tinggikan ekstremitas untuk mengurangi oedema
3) Kirim pasien untuk pertolongan emergency
4) Pantau daerah yang cidera dalam periode waktu yang pendek untuk sedini mungkin dapat melihat perubahan waktu, pernafasan, dan suhu.
b. Imobilitas
1) X-Ray
2) Fiksasi eksternal bidai dan gips
3) Traksi
4) Fiksasi internal jarum, plat, skrup, kawat
5) Bone Scans, Termogran atau MRI Scans
6) Arteriogram, dilakukan bila ada kerusakan vaskuler
7) CCT kalau banyak kerusakan otot
c. Penanganan pada tulang terbuka
1) Debridemen untuk membersihkan kotoran atau benda asing
2) Pemakaian toksoid tetanus
3) Kultur jaringan dan luka
4) Kompres terbuka
5) Pengobatan dengan antibiotik
6) Penutupan luka bila ada benda infeksi
7) Imobilisasi fraktur
Menurut Handerson (1997) imobilisasi fraktur yaitu mengembalikan atau memperbaiki bagian-bagian yang patah dalam bentuk semula (anatomis) imobilisai untuk mempertahankan bentuk dan memperbaiki fungsi bagian tulang yang rusak. Cara-cara yang dapat dilakukan meliputi:
a) Reposisi atau reduksi
(1) Manipulasi atau Close Reduction
Adanya tindakan non bedah untuk mengembalikan posisi, panjang dan bentuk. Close reduksi dilakukan dengan lokal anestesi ataupun umum.
(2) Open Reduction
Adalah perbaikan bentuk tulang dengan tindakan pembedahan. Sering dilakukan dengan internal fiksasi menggunakan kawat, screws, pins, plate, intermedulari rods atau nail. Kelemahan tindakan ini adalah kemungkinan infeksi dan komplikasi berhubungan dengan anestesia. Jika dilakukan open reduksi internalfiksasi pada tulang (termasuk sendi) maka akan ada indikasi untuk melakukan ROM.
b) Traksi
Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang fraktur untuk meluruskan bentuk tulang. Ada dua macam yaitu:
(1) Skin Traksi
Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan menempelkan pleter langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk, membentuk menimbulkan spasme otot pada bagian yang cidera, dan biasanya digunakan untuk jangka pendek (48 – 72 jam)
(2) Skeletal Traksi
Adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cidera pada sendi panjang untuk mempertahankan bentuk dengan memasukkan pins atau kawat ke dalam tulang.
c) Imobilisasi
Setelah dilakukan reposisi dan posisi fragmen tulang sudah dipastikan pada posisi baik hendaknya diimobilisasi dan gerakan anggota badan yang mengalami fraktur diminimalisir untuk mencegah fragmen tulang berubah posisi.
read more...